Scan, Copy, n Paste; berbagi itu indah...

18 December 2008

Karena Waktu Tak Bisa Kembali

Kamis, 18 Desember 2008 03:01

Saat tua nanti, ketika duduk bersimpuh di depan cucu-cucu kelak kita akan bercerita, "Dulu kakek itu…." Semua kisah perjalanan hidup akan kita putar kembali mencoba memperdengarkannya kepada anak-anak dan cucu berharap mereka mau belajar dari apa-apa yang sekarang menjadi catatan sejarah

Ketika renta nanti, saat tubuh tak mampu berbuat banyak karena sudah teramat lemah. Kita akan berkata di depan cucu, “dulu kakek kuat, tenaganya besar, mampu mengangkat beban seberat puluhan kilogram…” dan seterusnya. Namun saat menceritakan itu, air mata berlinang tak terasa. Karena tenaga besar dan kekuatan yang kita punya kala muda dulu ternyata tak digunakan untuk banyak membantu orang-orang lemah, tak berguna bagi kehidupan orang lain yang benar-benar memerlukan pertolongan.

Sewaktu wajah sudah mulai keriput, tak tampan atau cantik lagi, kita mencoba memberikan senyum termanis agar tetap mempesona, cerita pun mengalir, “Kakek itu dulu ganteng, senyum menawan, banyak gadis yang tertarik….” Atau, “Dulu nenek jadi primadona, banyak lelaki antri untuk melamar…”. Sewaktu menceritakan hal itu, sesungguhnya kita tengah meratapi betapa tak berharganya keelokan wajah saat tua tiba. “kenapa dulu saya mengagung-agungkan sesuatu yang bakal sirna?”

Saat rapuh nanti, ketika kaki ini begitu berat untuk diangkat, kita pun bercerita, “dulu kakek pendaki gunung, sering menjelajah ke banyak Negara, banyak tempat-tempat hebat…” dan masih banyak lagi. Walau demikian, sesungguhnya saat bercerita itu kita pun menangis, menyesal karena selagi muda tak banyak melangkahkan kaki ke masjid, atau ke tempat-tempat kajian ilmu agama, menjelajahi rumah-rumah yatim piatu dan fakir miskin untuk mengulurkan bantuan.

Ketika mata ini rabun, tak mampu lagi membaca bahkan huruf-huruf yang diperbesar sepuluh kali lipat, kita bercerita, “kakek itu kutu buku, ribuan buku sudah kakek baca sehingga banyak ilmu yang kakek pelajari…”. Tetapi kita pun tak kuasa membendung kesedihan disaat yang sama, karena diantara ribuan buku yang rajin kita baca, kita lupa menyelipkan al quran diantaranya. Dibanyak waktu yang kita punya untuk membaca buku, tak menyisihkan waktu yang cukup untuk menikmati pesan-pesan terkandung dalam al quran.

Kala tua menyapa, akal tak mampu lagi bekerja banyak. Pikun menjadi penyakit utama, lupa sudah apa-apa yang dulu pernah menjadi prestasi terbaik, maka kita pun memaksa bercerita, “dulu kakek…. eh lupa… kakek itu, hmmm,… eh lupa lagi…”. Padahal dulu ketika muda pun kita memang kerap terlupa, lupa beribadah, lupa berzakat, lupa bersedekah dan infak, lupa pula membenahi kekurangan dalam diri.

Sekarang, sebelum kita benar-benar tua. Selagi wajah masih tampan dan cantik, mumpung tenaga masih kuat, kaki masih mampu jauh melangkah, dan yang pasti selagi usia masih menyatu dengan raga, mari lakukan yang terbaik untuk bisa kita ceritakan kelak untuk anak dan cucu di hari tua. Agar mereka mendapatkan pelajaran berharga dari lidah-lidah yang gemetar bercerita penglaman masa lalu yang selalu indah. Itu hanya bisa dimulai dari sekarang, sebelum masa tua itu tiba.

Kawan, waktu yang kita punya hanya sebentar dan itu sangat berharga. Ia takkan mungkin kembali, jangan sampai kita menyesal di hari tua nanti dan berharap bisa mengulang masa muda adalah mustahil. Sebelum masa itu tiba, mulailah menghargai waktu, semoga. (gaw)


0 komentar:

Powered by Blogger.